Ini sebuah kisah singkat seorang pemuda bodoh yang tidak pernah menangis, namun akhirnya menangis juga.
Namanya Edmund, ia datang dari luar negeri karna ayahnya sekarang harus bekerja di Jepang. Ia baru berusia tujuh belas tahun, ia memiliki seorang kakak perempuan yang sekarang kuliah di Ohio. Edmund tak memiliki ibu lagi sejak ia di lahirkan, sebagai gantinya ayahnya memiliki tiga orang maid untuk menjaganya. Ayahnya sangat sibuk sehingga Edmund jauh lebih akrab kepada para maid daripada ayahnya sendiri.
Suatu hari aku melihat Edmund mendatangaku, kulihat itu takkan lama lagi, itulah awal dimana sebuah takdir berubah. Aku kemudian membersihkan semua ruangan, aku suruh Zuruga merapihkan ruangan dan melanjutkan rutinitasku. Hingga pada waktunya tiba, Edmund tertatih-tatih tiba di hadapanku bersama dua orang teman barunya. Aku biarkan mereka masuk dan membersihkan diri, setelah memberi mereka pakaian bersih kamipun makan malam bersama, Zuruga sendiri yang memasaknya.
Awalnya mereka tak percaya, mereka bilang mana mungkin rubah putih kecil seperti Zuruga bisa memasak, namun pada akhirnya rasa lapar mengalahkan mereka. Kami mulai berbincang-bincang, dengan senyuman lebar mengembang di wajahnya Edmund memperkenalkan diri dan kawan-kawannya. Menceritakan peristiwa aneh nan mengerikan yang membawa mereka ke tempat ini, mereka bilang sangat bersyukur bertemu denganku, dan aku bilang seharusnya aku senang bukan mereka.
Aku duduk di tepi kolam bermandikan sinar putih bulan, sebuah bayangan mendekatiku dan kuminta ia duduk bersamaku. Aku tidak bisa tidur, katanya. Edmund senang sekali memandangi ikan yang berenang kesana-kemari di dalam kolam, lalu aku membawanya ke tengah kolam agar ia lebih senang lagi. Tiba-tiba ia bertanya, siapa aku dan kenapa tidak ada orang selain aku di tempat ini, ia semakin bingung bila aku menjawab memang tak ada orang disini. Kubawa ia naik dan duduk di tengah batu yang paling besar, dan aku mulai mendongeng padanya.
"Dahulu gunung ini adalah tempat yang sangat terpencil, sebuah kerajaan yang makmur dan tentram tanpa pengaruh dunia luar. Kaum Maji~yo atau lebih dikenal sebagai Majo, adalah kaum yang sangat di takuti oleh penduduk sekitar. Selama ratusan tahun para Majo hidup tentram hingga suatu hari sebuah kutukan mematikan datang. Sang pangeran mengingkari janji dan melakukan sebuah pelanggaran yang menyebabkan hilangnya para Majo, dan sampai sekarang tak ada yang tahu dimana mereka semua."
"Hilang...? Pelanggaran...? Aku tidak mengerti dongeng seperti itu. Biasanya dongeng selalu berakhir dengan bahagia, sang putri menikah dengan pangeran, para binatang kembali ke rumah mereka. Maaf bukan bermaksud mengatakan dongengmu jelek tapi mungkin kita bisa memperbaikinya, misalnya suatu hari datang seorang putri dari luar angkasa lalu ... " Aku lebih tidak mengerti lagi, aku hanya berharap ramalan itu benar dan memang dialah orang yg tepat.
"Tidakkah kau ingin mengerti? Semua yang kukatakan bukan dongeng, itu nyata dan aku ingin kau mengembalikan para Majo."
Atau aku memang salah, mungkin bukan Edmund orangnya. Mungkin aku salah menafsirkan ramalan itu, tapi aku tidak pernah salah sebelumnya. Ramalan itu datang bertepatan dengan hari menghilangnya kaum Maji~yo, aku sangat yakin sebelumnya, tapi senyuman itu.
Aku pulang meninggalkan Edmund duduk merenung, aku yakin ia masih belum percaya apa yang kukatakan. Aku sudah menceritakan kebenarannya, sekarang aku hanya bisa berharap cahaya bulan akan membuatnya mengerti.
Love this :*
BalasHapusKagak ada terusan'a.. :v
Hapus